BadanPusat Statistik Kabupaten Subang Jl. Aipda KS Tubun No. 12 Subang 41211 , Telp: (0260) 411 101 Fax: (0260) 411 101 Email: bps3213@ tampilan terbaik Anda dapat gunakan berbagai jenis browser kecuali IE, Mozilla Firefox 3-, and Safari 3.2- dengan lebar minimum browser beresolusi 275 pixel. StatistikDasar. Jumlah Rumah Tangga Dan Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten Subang Akhir Tahun 2013. 24 Sep 2015. Statistik Dasar. Rata-Rata Penduduk Per Desa, Per Kilometer Persegi, Per Rumahtangga Dan Sex Ratio Di Kabupaten Subang Akhir Tahun 2013. DaftarWilayah dan Kode Pos di Kabupaten Subang Jawa Barat mulai desa, kelurahan, kecamatan, kota kabupaten, terbaru tahun 2022. CEK RESI; Daftar Kecamatan di Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat. No Nama Kecamatan Kodepos Jumlah Desa Nama Kota; 1: Binong: 41253: 9: Kabupaten Subang: 2: Blanakan: 41259: 9: Kabupaten Subang: 3: Ciasem: KodePOS Kabupaten Subang - urut Kecamatan/Distrik - hal 1. kodepos Provinsi / Kota / . Sejarah Prasejarah Bukti adanya kelompok masyarakat pada masa prasejarah di wilayah Kabupaten Subang adalah ditemukannya kapak batu di daerah Bojongkeding Binong, Pagaden, Kalijati dan Dayeuhkolot Sagalaherang. Temuan benda-benda prasejarah bercorak neolitikum ini menandakan bahwa saat itu di wilayah Kabupaten Subang sekarang sudah ada kelompok masyarakat yang hidup dari sektor pertanian dengan pola sangat sederhana. Selain itu, dalam periode prasejarah juga berkembang pula pola kebudayaan perunggu yang ditandai dengan penemuan situs di Kampung Engkel, Sagalaherang. Hindu Pada saat berkembangnya corak kebudayaan Hindu, wilayah Kabupaten Subang menjadi bagian dari 3 kerajaan, yakni Tarumanagara, Galuh, dan Pajajaran. Selama berkuasanya 3 kerajaan tersebut, dari wilayah Kabupaten Subang diperkirakan sudah ada kontak-kontek dengan beberapa kerajaan maritim hingga di luar kawasan Nusantara. Peninggalan berupa pecahan-pecahan keramik asal Cina di Patenggeng Kalijati membuktikan bahwa selama abad ke-7 hingga abad ke-15 sudah terjalin kontak perdagangan dengan wilayah yang jauh. Sumber lain menyebutkan bahwa pada masa tersebut, wilayah Subang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda. Kesaksian Tome’ Pires seorang Portugis yang mengadakan perjalanan keliling Nusantara menyebutkan bahwa saat menelusuri pantai utara Jawa, kawasan sebelah timur Sungai Cimanuk hingga Banten adalah wilayah kerajaan Sunda. Islam Masa datangnya pengaruh kebudayaan Islam di wilayah Subang tidak terlepas dari peran seorang tokoh ulama, Wangsa Goparana yang berasal dari Talaga, Majalengka. Sekitar tahun 1530, Wangsa Goparana membuka permukiman baru di Sagalaherang dan menyebarkan agama Islam ke berbagai pelosok Subang. Kolonialisme Pasca runtuhnya kerajaan Pajajaran, wilayah Subang seperti halnya wilayah lain di P. Jawa, menjadi rebutan berbagai kekuatan. Tercatat kerajaan Banten, Mataram, Sumedanglarang, VOC, Inggris, dan Kerajaan Belanda berupaya menanamkan pengaruh di daerah yang cocok untuk dijadikan kawasan perkebunan serta strategis untuk menjangkau Batavia. Pada saat konflik Mataram-VOC, wilayah Kabupaten Subang, terutama di kawasan utara, dijadikan jalur logistik bagi pasukan Sultan Agung yang akan menyerang Batavia. Saat itulah terjadi percampuran budaya antara Jawa dengan Sunda, karena banyak tentara Sultan Agung yang urung kembali ke Mataram dan menetap di wilayah Subang. Tahun 1771, saat berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sumedanglarang, di Subang, tepatnya di Pagaden, Pamanukan, dan Ciasem tercatat seorang bupati yang memerintah secara turun-temurun. Saat pemerintahan Sir Thomas Stamford Raffles 1811-1816 konsesi penguasaan lahan wilayah Subang diberikan kepada swasta Eropa. Tahun 1812 tercatat sebagai awal kepemilikan lahan oleh tuan-tuan tanah yang selanjutnya membentuk perusahaan perkebunan Pamanoekan en Tjiasemlanden P & T Lands. Penguasaan lahan yang luas ini bertahan sekalipun kekuasaan sudah beralih ke tangan pemerintah Kerajaan Belanda. Lahan yang dikuasai penguasa perkebunan saat itu mencapai ha. dengan hak eigendom. Untuk melaksanakan pemerintahan di daerah ini, pemerintah Belanda membentuk distrik-distrik yang membawahi onderdistrik. Saat itu, wilayah Subang berada di bawah pimpinan seorang kontrilor BB bienenlandsch bestuur yang berkedudukan di Subang. Nasionalisme Tidak banyak catatan sejarah pergerakan pada awal abad ke-20 di Kabupaten Subang. Namun demikian, Setelah Kongres Sarekat Islam di bandung tahun 1916 di Subang berdiri cabang organisasi Sarekat Islam di Desa Pringkasap Pabuaran dan di Sukamandi Ciasem. Selanjutnya, pada tahun 1928 berdiri Paguyuban Pasundan yang diketuai Darmodiharjo karyawan kantor pos, dengan sekretarisnya Odeng Jayawisastra karyawan P & T Lands. Tahun 1930, Odeng Jayawisastra dan rekan-rekannya mengadakan pemogokan di percetakan P & T Lands yang mengakibatkan aktivitas percetakan tersebut lumpuh untuk beberapa saat. Akibatnya Odeng Jayawisastra dipecat sebagai karyawan P & T Lands. Selanjutnya Odeng Jayawisastra dan Tohari mendirikan cabang Partai Nasional Indonesia yang berkedudukan di Subang. Sementara itu, Darmodiharjo tahun 1935 mendirikan cabang Nahdlatul Ulama yang diikuti oleh cabang Parindra dan Partindo di Subang. Saat Gabungan Politik Indonesia GAPI di Jakarta menuntut Indonesia berparlemen, di Bioskop Sukamandi digelar rapat akbar GAPI Cabang Subang untuk mengenukakan tuntutan serupa dengan GAPI Pusat. Jepang Pendaratan tentara angkatan laut Jepang di pantai Eretan Timur tanggal 1 Maret 1942 berlanjut dengan direbutnya pangkalan udara Kalijati. Direbutnya pangkalan ini menjadi catatan tersendiri bagi sejarah pemerintahan Hindia Belanda, karena tak lama kemudian terjadi kapitulasi dari tentara Hindia Belanda kepada tentara Jepang. Dengan demikian, Hindia Belanda di Nusantara serta merta jatuh ke tangan tentara pendudukan Jepang. Para pejuang pada masa pendudukan Belanda melanjutkan perjuangan melalui gerakan bawah tanah. Pada masa pendudukan Jepang ini Sukandi guru Landschbouw, R. Kartawiguna, dan Sasmita ditangkap dan dibunuh tentara Jepang. Merdeka Proklamasi Kemerdekaan RI di Jakarta berimbas pada didirikannya berbagai badan perjuangan di Subang, antara lain Badan Keamanan Rakyat BKR, API, Pesindo, Lasykar Uruh, dan lain-lain, banyak di antara anggota badan perjuangan ini yang kemudian menjadi anggota TNI. Saat tentara KNIL kembali menduduki Bandung, para pejuang di Subang menghadapinya melalui dua front, yakni front selatan Lembang dan front barat Gunung Putri dan Bekasi. Tahun 1946, Karesidenan Jakarta berkedudukan di Subang. Pemilihan wilayah ini tentunya didasarkan atas pertimbangan strategi perjuangan. Residen pertama adalah Sewaka yang kemudian menjadi Gubernur Jawa Barat. Kemudian Kusnaeni menggantikannya. Bulan Desember 1946 diangkat Kosasih Purwanegara, tanpa pencabutan Kusnaeni dari jabatannya. Tak lama kemudian diangkat pula Mukmin sebagai wakil residen. Pada masa gerilya selama Agresi Militer Belanda I, residen tak pernah jauh meninggalkan Subang, sesuai dengan garis komando pusat. Bersama para pejuang, saat itu residen bermukim di daerah Songgom, Surian, dan Cimenteng. Tanggal 26 Oktober 1947 Residen Kosasih Purwanagara meninggalkan Subang dan pejabat Residen Mukmin yang meninggalkan Purwakarta tanggal 6 Februari 1948 tidak pernah mengirim berita ke wilayah perjuangannya. Hal ini mendorong diadakannya rapat pada tanggal 5 April 1948 di Cimanggu, Desa Cimenteng. Di bawah pimpinan Karlan, rapat memutuskan Residen Mukmin ditunjuk menjadi Residen yang berkedudukan di daerah gerilya Purwakarta. Karawang Timur menjadi Kabupaten Karawang Timur dengan bupati pertamanya Danta Gandawikarma. Karawang Barat menjadi Kabupaten Karawang Barat dengan bupati pertamanya Syafei. Wilayah Kabupaten Karawang Timur adalah wilayah Kabupaten Subang dan Kabupaten Purwakarta sekarang. Saat itu, kedua wilayah tersebut bernama Kabupaten Purwakarta dengan ibukotanya Subang. Penetapan nama Kabupaten Karawang Timur pada tanggal 5 April 1948 dijadikan momentum untuk kelahiran Kabupaten Subang yang kemudian ditetapkan melalui Keputusan DPRD No. 01/SK/DPRD/1977. Ekonomi, Pendidikan dan Kesehatan Ekonomi Karena sebagian besar penduduknya masih berpenghasilan utama sebagai petani dan buruh perkebunan, maka perekonomian Subang masih banyak ditunjang dari sektor pertanian. Subang wilayah Selatan banyak terdapat area perkebunan, seperti karet pada bagian Barat Laut dan Kebun Teh yang sangat luas. Subang terkenal sebagai salah satu daerah penghasil buah nanas yang umumnya kita kenal dengan nama Nanas Madu. Nanas Madu dapat kita temui di sepanjang Jalancagak yang merupakan persimpangan antara Wanayasa - Bandung - Sumedang dan Kota Subang sendiri. Dodol nanas, keripik singkong dan selai yang merupakan hasil home industry yang dapat dijadikan makanan oleh-oleh. Pendidikan Pendidikan merupakan modal dasar pembangunan. karena pelaksanaan pembangunan tidak cukup mengandalkan kepada sumber daya alam SDA saja, tetapi juga harus meningkatkan sumber daya manusianya SDM. Suatu wilayah yang mempunyai kepadatan yang tinggi tanpa dibarengi dengan mutu SDM yang tinggi maka akan menimbulkan kerawanan sosial atau bahkan penduduk tersebut akan menjadi beban pembangunan. Jalur yang paling realistis untuk meningkatkan SDM adalah jalur pendidikan. Kesehatan Mewujudkan masyarakat yang sehat, tanpa membedakan jenis kelamin laki-laki atau perempuan merupakan salah satu tujuan dari pembangunan nasional. Adanya keterbatasan dana, sarana, dan prasarana pemerintah, dalam pelaksanaannya, pembangunan kesehatan disusun berdasarkan prioritas-prioritas utama yang akan dicapai. Karena itu hasilnya mungkin tidak dapat dirasakan secara merata oleh semua lapisan masyarakat. Pemerintah Kabupaten Subang telah melakukan berbagai macam upaya dalam melakukan peningkatan kesehatan masyarakat. Terutama peningkatan kesehatan masyarakat miskin dengan pemberlakuan Jamkesmas, Jamkesda, dan jaminan lainnya Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Subang Tahun 2015 Total Area By District in Subang 2015 KECAMATAN LUAS KM2 PERSENTASE District An area Km2 PERCENTAGE 1 2 3 01. SAGALAHERANG 45,22 2,20 02. SERANGPANJANG 54,03 2,63 03. JALANCAGAK 36,64 1,79 04. CIATER 57,23 2,79 83,28 4,06 39,68 1,93 67,16 3,27 101,31 4,94 61,36 2,99 44,23 2,16 97,48 4,75 88,19 4,30 94,21 4,59 14. PABUARAN 60,95 2,97 80,62 3,93 86,3 4,21 92,8 4,52 44,81 2,18 49,1 2,39 100,78 4,91 65,67 3,20 47,41 2,31 23. TAMBAKDAHAN 58,62 2,86 110,04 5,36 35,38 1,72 64,23 3,13 54,71 2,67 60,94 2,97 72,23 3,52 97,15 4,73 KAB. SUBANG 100,00 Sumber/Source Kanwil Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Subang Update Terakhir 24 Sep 2015 JUMLAH KELURAHAN/DESA, RW, RT DAN KLASIFIKASI DESA DI KABUPATEN SUBANG MENURUT KECAMATAN, TAHUN 2013 NUMBER OF VILLAGES, RW, RT AND VILLAGES CLASSIFICATION IN SUBANG, 2013 KECAMATAN J U M L A H KLASIFIKASI DESA DESA/KEL. DUSUN RW RT SWA- DAYA SWA-KARYA SWA- SEMBADA 1 2 3 4 5 6 7 8 01. SAGALAHERANG 7 - 34 157 - 5 2 02. SERANG PANJANG 6 - 32 140 - 5 1 03. JALANCAGAK 7 - 44 190 - 4 3 04. CIATER 7 - 46 166 - 6 1 05. CISALAK 9 - 52 193 2 4 3 06. KASOMALANG 8 - 47 175 - 5 3 07. TANJUNGSIANG 10 - 66 254 1 5 4 08. CIJAMBE 8 - 68 213 - 8 - 09. CIBOGO 9 - 61 188 - 9 - 10. SUBANG 8 - 141 453 - - - 11. KALIJATI 10 - 72 248 - 10 - 12. DAWUAN 10 - 59 199 - 10 - 13. CIPEUNDEUY 7 - 53 170 - 7 - 14. PABUARAN 8 - 88 261 - 8 - 15. PATOKBEUSI 10 - 94 249 2 6 2 16. PURWADADI 10 - 86 278 1 9 - 17. CIKAUM 9 - 47 185 - 9 - 18. PAGADEN 10 - 84 260 - 10 - 19. PAGADEN BARAT 9 - 63 188 - 9 - 20. CIPUNAGARA 10 - 80 255 - 10 - 21. COMPRENG 8 - 48 157 - 8 - 22. BINONG 9 - 33 144 2 6 1 23. TAMBAKDAHAN 9 - 34 135 1 5 3 24. CIASEM 9 - 91 280 1 8 - 25. PAMANUKAN 8 - 51 171 - 8 - 26. SUKASARI 7 - 34 128 - 7 - 27. PUSAKANAGARA 7 - 34 151 2 5 - 28. PUSAKAJAYA 8 - 36 163 1 6 1 29. LEGONKULON 7 - 36 94 - 7 - 30. BLANAKAN 9 - 49 176 - 9 - KAB. SUBANG 253 - 1763 6018 10 208 24 Sumber BPMKB Kabupaten Subang Subang Sunda ᮞᮥᮘᮀ adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Subang Kota. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Indramayu di timur, Kabupaten Sumedang di tenggara, Kabupaten Bandung Barat di selatan, serta Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang di barat. Kabupaten SubangKabupatenTranskripsi bahasa daerah • Aksara SundaᮞᮥᮘᮀCurug Mandala LambangMotto Karya Utama Satya NagaraPetaSubangPetaSubangSubang JawaSubangSubang IndonesiaKoordinat IndonesiaProvinsiJawa BaratTanggal berdiri5 April 1948Dasar hukumKeputusan DPRD No. 01/SK/DPRD/1977Hari jadi5 April 1948[1]Ibu kotaKota SubangJumlah satuan pemerintahan Daftar Kecamatan 30Kelurahan 8Desa 245 Pemerintahan • BupatiRuhimat • Wakil BupatiAgus Masykur Rosyadi • Sekretaris DaerahAsep Nuroni • Ketua DPRDNarca SukandaLuas[2] • km2 792,19 sq miKetinggian m 6,837 ftKetinggian terendah0 m 0 ftPopulasi 2020[2] • • Kepadatan740/km2 1,900/sq miDemografi • Agama 2020[2] Islam 99,753% Kekristenan 0,24% —Protestan 0,181% —Katolik 0,068% Hindu 0,004% Buddha 0,011% • BahasaSundaIndonesia • IPM 69,13 0,691Sedang 2021[3]Zona waktuUTC+0700 WIBKode pos412xx – 412xxKode area telepon+62 260Pelat kendaraanT xxxx T*/U*/V*/W*/X*/Y*/Z*Kode 2021[4]Semboyan daerahBenteng PancasilaSitus Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 3 Tahun 2007, Wilayah Kabupaten Subang terbagi menjadi 30 kecamatan, yang dibagi lagi menjadi 245 desa dan 8 kelurahan. Subang dahulu bernama Karawang Timur.[5] Kabupaten ini dilintasi jalur pantura,jalur tol trans jawa yaitu cipalicikopo palimanan namun ibu kota Kabupaten Subang tidak terletak di jalur ini. Jalur pantura di Kabupaten Subang merupakan salah satu yang paling sibuk di Pulau Jawa. Kota kecamatan yang berada di jalur ini diantaranya Ciasem dan Pamanukan. Selain dilintasi jalur Pantura, Kabupaten Subang dilintasi pula jalur jalan Alternatif Sadang Cikamurang, yang mlintas di tengah wilayah Kabupaten Subang dan menghubungkan Sadang, Kabupaten Purwakarta dengan Tomo, Kabupaten Sumedang, jalur ini sangat ramai terutama pada musim libur seperti lebaran. Kabupaten Subang yang berbatasan langsung dengan kabupaten Bandung disebelah selatan memiliki akses langsung yang sekaligus menghubungkan jalur pantura dengan kota Bandung. Jalur ini cukup nyaman dilalui dengan panorama alam yang amat indah berupa hamparan kebun teh yang udaranya sejuk dan melintasai kawasan pariwisata Air panas Ciater dan Gunung Tangkubanparahu. Penduduk Subang pada umumnya adalah suku Sunda, yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari. Sementara kecamatan-kecamatan di wilayah pesisir Subang dan beberapa kecamatan di sepanjang sungai Cipunegara yang berbatasan dengan Kabupaten Indramayu penduduknya menggunakan Bahasa Dermayon atau yang lebih dikenal dengan nama basa Dermayon.[6][7]

kecamatan di kabupaten subang